Menguatkan Akar Pemerintahan Desa: Peran Strategis Kepala Desa dalam Pembinaan Lembaga Desa

Di tengah dinamika pembangunan pedesaan yang semakin kompleks, keberhasilan sebuah desa tidak hanya bergantung pada visi besar seorang kepala desa, tetapi juga pada kuat atau tidaknya kelembagaan desa yang ada. Di Desa Dabulon, sosok Anuar Sadat sebagai Kepala Desa telah membuktikan bahwa membangun desa bukan sekadar soal infrastruktur dan anggaran, tetapi juga tentang menata, membina, dan memberdayakan lembaga-lembaga desa sebagai mitra strategis pemerintahan desa.

Lembaga Desa: Pilar Penyangga Demokrasi dan Pelayanan

Lembaga desa seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), PKK, Karang Taruna, RT/RW, dan Posyandu memiliki peran penting dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan desa yang partisipatif. Mereka adalah representasi dari warga, sekaligus motor penggerak dalam pelayanan, pemberdayaan, dan pembangunan. Namun seringkali, lemahnya pembinaan dan minimnya kolaborasi menjadikan lembaga desa sekadar nama tanpa fungsi yang optimal. Di sinilah peran Anuar Sadat menjadi signifikan.

Kepemimpinan Partisipatif dan Kolaboratif

Sejak menjabat, Anuar Sadat dikenal dengan gaya kepemimpinan yang terbuka dan dialogis. Ia aktif membangun komunikasi intensif dengan seluruh lembaga desa, menjadikan mereka bukan sekadar pelengkap, tetapi bagian dari pengambilan keputusan.

Beberapa bentuk nyata pembinaan yang dilakukan antara lain:

• Pelatihan dan peningkatan kapasitas kelembagaan secara berkala dengan melibatkan narasumber dari kecamatan maupun kabupaten.
• Fasilitasi sarana dan prasarana pendukung kegiatan lembaga desa, seperti sekretariat, perlengkapan administrasi, dan ruang aktivitas.
• Mendorong pelibatan lembaga desa dalam perencanaan dan penganggaran, seperti melalui Musyawarah Desa (Musdes), Musrenbangdes, hingga penyusunan RKPDes dan APBDes.
• Sinergi program desa dengan program kerja masing-masing lembaga, khususnya PKK, Karang Taruna, dan Posyandu, agar selaras dengan prioritas pembangunan.

Membangun Ekosistem Gotong Royong

Pembinaan lembaga desa oleh Anuar Sadat juga berakar pada semangat gotong royong yang menjadi identitas sosial masyarakat Dabulon. Melalui pendekatan budaya lokal, ia berhasil menghidupkan kembali forum musyawarah dan kegiatan sosial berbasis kelembagaan.

Misalnya, dalam program revitalisasi lahan tidur untuk ketahanan pangan desa, Karang Taruna dilibatkan sebagai motor gerakan tanam bersama. Dalam pelayanan balita dan lansia, kader Posyandu dan PKK diberikan ruang untuk mengambil inisiatif kegiatan. RT dan RW bukan sekadar pelapor warga, tetapi ikut serta dalam pemetaan wilayah rawan konflik dan perencanaan pembangunan lingkungan.

Tantangan dan Konsistensi

Tentunya, membina lembaga desa tidak selalu mulus. Anuar Sadat menghadapi tantangan klasik seperti minimnya SDM, inkonsistensi kehadiran dalam forum resmi, hingga kurangnya motivasi kader karena insentif terbatas. Namun, pendekatan kekeluargaan dan konsistensi dalam memberi ruang telah membuat lembaga desa perlahan menjadi lebih hidup dan berdaya.

Ia tak lelah mendorong semangat para pengurus lembaga desa dengan memberi penghargaan secara moral maupun simbolis—baik melalui publikasi kegiatan mereka di media desa, maupun penyampaian apresiasi dalam setiap forum resmi.

Penutup: Desa Maju Berawal dari Lembaga Desa yang Kuat

Apa yang dilakukan oleh Anuar Sadat bukan hanya praktik kepemimpinan administratif, tetapi transformasi kultural dalam sistem pemerintahan desa. Ia menyadari bahwa desa yang kuat tidak hanya bergantung pada kepala desanya, melainkan pada seluruh perangkat dan lembaga yang bergerak secara sinergis.

Dalam konteks ini, pembinaan lembaga desa bukan sekadar tugas rutin, tapi investasi jangka panjang dalam demokrasi desa. Desa Dabulon hari ini sedang tumbuh menjadi desa yang berakar kuat dan berdaya saing, dan salah satu fondasi utamanya adalah kepemimpinan Anuar Sadat yang berani menata dari dalam.