Legenda Damar Wulan
Di kerajaan Majapahit yang megah, di bawah pemerintahan Ratu Kencana Wungu, tersebarlah kabar tentang pemberontakan Adipati Menak Jingga dari Blambangan. Sang adipati yang sakti dan ambisius menantang kekuasaan Majapahit, mengancam stabilitas kerajaan yang telah lama berjaya.
Di sisi lain, seorang pemuda bernama Damar Wulan, anak seorang mantan patih yang kini hidup dalam kesederhanaan, bercita-cita mengabdi kepada Majapahit. Ia cerdas, tampan, dan berbudi luhur.
Adegan 1: Pertemuan dengan Patih Logender
(Damar Wulan tiba di kediaman Patih Logender, seorang pejabat tinggi di Majapahit. Ia mengetuk pintu dengan sopan.)
Damar Wulan: "Hamba menghadap Patih Logender untuk mengabdi kepada Majapahit. Hamba berharap diberi kesempatan untuk membuktikan kesetiaan hamba."
(Patih Logender, pria berwibawa namun licik, memandang pemuda itu dengan mata tajam.)
Patih Logender: "Seorang pemuda seperti dirimu ingin mengabdi? Apakah kau memiliki keahlian bertempur?"
Damar Wulan: "Hamba telah berlatih sejak kecil dan siap menerima perintah."
Patih Logender: (tertawa kecil) "Baiklah, aku akan menerimamu sebagai pelayan kuda. Jika kau sungguh memiliki bakat, waktu akan membuktikannya."
(Damar Wulan menerima tugasnya tanpa mengeluh. Namun, putri kembar Patih Logender, Layang Seta dan Layang Kumitir, tidak senang dengan kehadirannya.)
Layang Seta: "Ayah, kenapa menerima orang rendahan ini? Ia tidak pantas berada di sini."
Patih Logender: "Tenang, anakku. Biarkan dia berada di sini, kita akan melihat seberapa jauh kemampuannya."
Adegan 2: Rahasia Anjasmara
(Di dalam istana, putri Patih Logender, Anjasmara, diam-diam tertarik kepada Damar Wulan. Ia sering mengamati pemuda itu dari kejauhan.)
Anjasmara: (berbisik pada dirinya sendiri) "Mengapa pemuda ini begitu berbeda? Ada sinar keberanian dalam matanya."
(Suatu malam, Anjasmara mendekati Damar Wulan yang sedang merawat kuda.)
Anjasmara: "Damar Wulan, kau bukan pemuda biasa, bukan? Aku merasakan sesuatu yang agung dalam dirimu."
Damar Wulan: "Hamba hanyalah pelayan kuda, Tuan Putri. Tidak lebih."
Anjasmara: (tersenyum) "Jika hanya pelayan kuda, mengapa kau begitu gagah? Aku tahu kau menyimpan sesuatu."
(Mereka pun berbincang hingga Anjasmara mengetahui latar belakang Damar Wulan yang ternyata adalah keturunan bangsawan.)
Adegan 3: Iri Hati dan Pengkhianatan
(Layang Seta dan Layang Kumitir mengetahui hubungan Anjasmara dan Damar Wulan. Mereka merasa terancam dan melaporkan hal ini kepada Patih Logender.)
Layang Kumitir: "Ayah, pemuda itu mencuri hati Anjasmara. Ia bukan sekadar pelayan kuda!"
Patih Logender: (mengerutkan kening) "Beraninya dia! Aku akan mengujinya lebih jauh. Jika ia gagal, akan kuhancurkan dia."
(Patih Logender kemudian memberi tugas berat kepada Damar Wulan: menumpas pemberontakan Menak Jingga!)
Patih Logender: "Jika kau berhasil mengalahkan Menak Jingga, Majapahit akan mengakui jasamu. Jika gagal, kau akan mati!"
Damar Wulan: (menunduk hormat) "Hamba akan menjalankan tugas ini dengan segenap jiwa dan raga."
Adegan 4: Perjalanan ke Blambangan
(Damar Wulan berangkat ke Blambangan dengan tekad bulat. Dalam perjalanannya, ia bertemu seorang pertapa tua yang memberi nasihat dan sepasang pusaka: gada Wesi Kuning.)
Pertapa: "Damar Wulan, hanya dengan pusaka ini kau bisa mengalahkan Menak Jingga. Ingat, gunakan dengan bijak."
Damar Wulan: "Hamba berterima kasih, guru. Hamba tidak akan menyia-nyiakan petunjuk ini."
(Setibanya di Blambangan, Damar Wulan menyamar sebagai rakyat biasa dan berhasil masuk ke istana Menak Jingga sebagai pelayan.)
Adegan 5: Mengalahkan Menak Jingga
(Setelah mengetahui kelemahan Menak Jingga, Damar Wulan menantangnya dalam duel.)
Menak Jingga: (tertawa terbahak-bahak) "Hanya seorang pelayan berani menantangku? Kau mencari mati!"
Damar Wulan: "Aku datang atas nama Majapahit! Kau akan tumbang malam ini!"
(Pertarungan berlangsung sengit. Dengan gada Wesi Kuning, Damar Wulan berhasil mengalahkan Menak Jingga, menebas kepalanya, dan membawa kepalanya kembali ke Majapahit sebagai bukti kemenangan.)
Adegan 6: Pengkhianatan dan Kemenangan
(Saat kembali ke Majapahit, Layang Seta dan Layang Kumitir menjebak Damar Wulan. Mereka mencuri kepala Menak Jingga dan mengklaim kemenangan untuk diri mereka sendiri.)
Layang Seta: "Kami yang mengalahkan Menak Jingga! Inilah buktinya, Baginda!"
(Namun, Anjasmara berhasil mengungkap kebenaran. Damar Wulan akhirnya diakui sebagai pahlawan sejati dan diangkat menjadi suami Ratu Kencana Wungu serta raja di Majapahit.)
Ratu Kencana Wungu: "Damar Wulan, kau telah menunjukkan keberanian dan kesetiaan. Mulai hari ini, kau adalah pendampingku dan penguasa Majapahit."
Damar Wulan: "Hamba berjanji akan melindungi Majapahit dengan segenap jiwa dan raga."
(Majapahit pun kembali damai di bawah kepemimpinan Damar Wulan.)
Edy S
02 Oktober 2024 23:28:21
Selamat & sukses Pak Anuar Sadat dlm menjalankan tugas tuk desanya...