Kesiapan Desa Dabulon Menghadapi Era Smart Village
Meta Description: "Desa Dabulon mulai menyiapkan diri menghadapi era Smart Village melalui penguatan teknologi informasi, pelayanan publik digital, dan pemberdayaan masyarakat. Simak wawancara eksklusif dengan Kepala Desa Dabulon, Anuar Saadat, tentang tantangan, strategi, dan komitmen mereka."
Oleh Kontributor Sriwidadi
Dalam menghadapi era Smart Village, paradigma pembangunan desa tidak lagi hanya berkutat pada aspek fisik, melainkan juga pada penguatan teknologi, inovasi pelayanan publik, serta pemberdayaan masyarakat berbasis data. Untuk memahami bagaimana kesiapan desa dalam menyongsong perubahan besar ini, Kontributor Sriwidadi berkesempatan melakukan wawancara via Whatsaap dengan Anuar Sadat, Kepala Desa Dabulon.
Anuar Sadat membuka pembicaraan dengan menggambarkan kondisi faktual Desa Dabulon: "Kami sadar bahwa menjadi Smart Village bukan soal ingin keren, tetapi soal keharusan zaman. Tantangan kami adalah keterbatasan akses infrastruktur internet dan SDM digital, namun bukan berarti kami berdiam diri," tegasnya.
Sejak 2024, Pemerintah Desa Dabulon telah mulai melakukan langkah-langkah fundamental, seperti membangun website desa, mengoptimalkan layanan administrasi berbasis daring melalui aplikasi Sistem Informasi Manajemen Desa ( SIMSA ) dan SIPADES 3.0, untuk pengelolaan asset desa, serta melatih operator desa untuk mampu mengelola data dan informasi publik secara lebih transparan.
Dalam wawancara, Anuar menjelaskan bahwa perubahan menuju Smart Village memerlukan tiga pilar utama:
- Data Terintegrasi: Pendataan kependudukan, aset desa, dan program-program bantuan sosial harus akurat dan real-time. "Kami sudah mulai melakukan pemutakhiran data berbasis aplikasi dan koordinasi intensif dengan Dinas Dukcapil Nunukan dan pemerintah kecamatan," jelasnya.
- Pelayanan Publik Digital: Menyadari jarak geografis Desa Dabulon yang jauh dari pusat kabupaten, pelayanan publik berbasis aplikasi menjadi solusi nyata. Saat ini, desa sudah menerapkan formulir pelayanan administrasi yang bisa diakses secara online.
- Pemberdayaan Masyarakat Digital: "Masyarakat tidak boleh menjadi objek semata, mereka harus menjadi pelaku," ujar Anuar. Melalui pelatihan dasar literasi digital, kelompok pemuda dan ibu PKK dilibatkan dalam sosialisasi penggunaan aplikasi, pemanfaatan media sosial desa, dan promosi produk lokal secara daring.
Namun, membangun desa cerdas di Dabulon tidak tanpa hambatan. Akses internet yang masih belum merata, rendahnya literasi digital sebagian warga, serta keterbatasan anggaran menjadi tantangan utama.
Anuar mengungkapkan beberapa strategi inovatif yang sedang diterapkan:
- Optimalisasi Alokasi Dana Desa: Menyisihkan sebagian dana untuk pembangunan infrastruktur teknologi informasi.
- Kerja Sama Lintas Sektor: Menggandeng komunitas IT lokal, serta memanfaatkan program Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan sekitar.
- Tahapan Bertahap: Mengimplementasikan Smart Village tidak sekaligus, melainkan melalui tahap-tahap yang realistis sesuai dengan kondisi desa.
Anuar Sadat menegaskan bahwa cita-cita Smart Village di Dabulon adalah program jangka panjang, bukan sekadar program sesaat. "Kami ingin Dabulon menjadi desa mandiri berbasis inovasi. Bukan hanya untuk kebutuhan hari ini, tapi menyiapkan generasi muda agar melek teknologi dan mampu bersaing di masa depan," tutupnya.
Semangat, keterbukaan terhadap perubahan, dan keberanian beradaptasi menjadi modal utama Desa Dabulon dalam menyongsong era Smart Village. Melalui perencanaan yang matang dan pelibatan seluruh elemen masyarakat, Desa Dabulon perlahan namun pasti membuktikan bahwa desa di perbatasan pun mampu menjadi bagian dari gerbong kemajuan Indonesia.
Edy S
02 Oktober 2024 23:28:21
Selamat & sukses Pak Anuar Sadat dlm menjalankan tugas tuk desanya...